Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone. (EPA/Giorgio Benvenuti) |
Sejak ditinggal Casey Stoner pada akhir musim 2010, Ducati mengalami penurunan prestasi. Kemampuan mesin mereka sulit menandingi kecepatan Honda dan Yamaha. Ditambah, mereka juga kesulitan menemukan komposisi pembalap yang tepat.
Karenanya, jelang bergulirnya MotoGP 2016, mereka melakukan pekerjaan besar dalam perakitan Ducati Desmosedici GP16. Hasilnya pun tak percuma. Kolaborasi Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone membuat Ducati kembali ditakuti.
"Kami tak melakukan invenstasi dan upaya hanya untuk mendapatkan tempat ketiga dan keempat. Tujuannya adalah kompetitif di semua balapan dan berjuang untuk gelar juara. Saya tahu itu sulit, sangat sulit," kata bos Ducati, Gigi Dall'Igna, seperti dikutip GPOne.
Sejatinya, sudah berbagai upaya dilakukan Ducati sejak ditinggal Stoner. Mereka sempat mencoba peruntungan dengan mengontrak Valentino Rossi di musim 2011 dan 2012. Rossi diduetkan dengan Nicky Hayden saat itu. Namun, hasilnya juga tak cukup memuaskan.
Musim 2013, hengkangnya Rossi membuat Ducati menggaet Dovizioso untuk menjadi pasangan Hayden. Semusim selanjutnya, Dovizioso dipasangkan dengan Cal Crutchlow. Baru pada musim 2015 Dovizioso mulai diduetkan dengan Iannone.
Meski kerap tak akur, terbukti kolaborasi Dovizioso dan Iannone memberikan hasil fantastis bagi Ducati. Dimulai dari kesuksesan Iannone yang menghapus dahaga kemenangan Ducati pada MotoGP Austria, kini giliran Dovizioso yang merebut podium juara MotoGP Malaysia.
"Tujuan saya di musim ini adalah apa yang pernah saya katakan, yakni kompetitif di semua balapan. Hasilnya membuat saya senang. Dalam beberapa momen, kami bekerja lebih baik dari yang lain. Tapi, kami juga masih harus beberapa kali berjuang," ungkap Dall'Igna mengenai kinerja Ducati, tim yang akan diperkuat Jorge Lorenzo di musim depan.
Sumber : Liputan6.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !